Oleh: Cici Purwati
Tidak
semua orang yang berkulilt hitam pantas untuk dijadikan kambing hitam atas
semua tindak kriminalitas yang terjadi akhir-akhir ini. Pada fitrahnya, setiap
manusia pasti memiliki hati nurani untuk tidak saling menyakiti satu sama lain.
Mengapa begitu? Karena, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Hanya pada keadaan tertentulah manusia melakukan
tindak kriminalitas yang melanggar hukum pidana; hukum yang berkaitan dengan kemaslahatan
umat .
Mengapa
beberapa orang dari kita selalu su’udzon jika berpapasan dengan orang
hitam? Bahkan beberapa dari kita menjauh jika berada dekat mereka. Sadarkah
jika kita selalu mengkambing-hitamkan orang Afrika, yang berkulit hitam? Terkadang
mencaci mereka dan mengistilahkan berbagai nama buruk kepada mereka. Sadarkah
jika kita telah melanggar hukum perdata, andaikan mereka ingin mengusung kita
kepengadilan atas pengaduan pencemaran nama baik, ras, atau bangsa. Sesama
manusia, tentulah kita pernah merasakan bagaimana dikucilkan oleh bangsa lain,
dikambing-hitamkan atas kejahatan yang diperbuat oleh sebagian dari kita, walaupun
kita tak melakukan kejahatan yang sama. Tentulah ada rasa yang bergejolak di dalam
hati, dan mungkin bisa jadi tersimpan dendam di dalam hati. Kita tidak berhak
memandang semua orang hitam adalah jahat, karena kitapun tidak ingin dicap
jahat hanya karena sebagian kita melakukan hal yang jahat.
Yang
melakukan tindak kriminalitas di kalangan Masisir belakangan ini memang orang
hitam, tapi tak semua orang hitam memiliki niat jahat kepada kita. Mereka yang
melakukan tindak kriminalitas pun pastinya memiliki alasan tertentu, dan di antara faktor-fakornya
adalah adanya kesenjangan ekonomi akibat terjadinya revolusi di Mesir dan nilai
mata uang Mesir turun anjlok. Pasokan sandang dan pangan mereka pun tidak
tercukupi, sedangkan di Mesir sedang musim panas dan banyak menguras energi. Mungkin
hanya orang hitam di daerah Saqor yang melakukan hal tersebut. Sebutlah orang
hitam asal Nigeria yang berada di Bawabat 2, yang berada di sekitar imaroh Amuntai
(imaroh akhwat kekeluargaan Kalimantan) mereka tidak pernah mengganggu
orang-orang sekitarnya, bahkan tidak pernah terjadi tindak kriminalitas di
daerah tersebut. Malahan, mereka peduli kepada orang sekitar, suka
membantu membawa sampah jika melihat orang kesulitan membawa setumpukan sampah.
Pada faktanya banyak orang hitam yang ikut talaqqi di Ruwaq Azhar,
di madyafah-madyafah, bahkan mereka aktif mengikuti kajian, juga aktif
dalam bertanya.
Menurut
pengamatan yang ada, orang baik itu terbagi menjadi dua. Pertama adalah mereka
yang terlahir dari keluarga baik-baik, tumbuh dalam lingkungan baik, maka ia
menjadi sosok yang baik ketika besarnya. Mereka juga terjaga dari kecilnya dari
tindak kejahatan yang sangat fatal. Ada kemungkinan kecil, orang baik jenis
pertama ini terjerumus dalam kegelapan. Di antara faktornya adalah keadaan,
desakan ekonomi, desakan kawan, dan lainnya. Adapun yang kedua, mereka yang
tidak terlahir dari keluarga yang baik, yang tak mengajarkan sopan santun
terhadap sesama, terhadap yang lebiih tua, dan tak pernah mengenal kebaikkan.
Mereka yang memiliki masa lalu yang kelam, namun mereka berhasil keluar dari semua
itu dan menjadi orang yang luar biasa baik. Saya menemukan di luar sana banyak
orang yang menjadi baik, tapi orang sibuk mencacinya, dan menganggapnya cari muka,
dan mungkin mereka ingin mengubah hidupnya tapi lingkungan justru tidak
mendukungnya. Mereka ingin mengubur masa lalunya yang kelam tapi orang lain
senang sekali menggalinya.
Diskriminasi
namanya jika kita mengucilkan orang hitam, menjauhi orang hitam di manapun kita
bertemu dengannya, entah itu di bus, di universitas, atau di tempat umum lainnya.
tidak bisakah kita menerima mereka seperti mereka yang menerima kita di Mesir.
Tidak perlu menjauh jika bertemu dengan orang hitam, Jika kita berlaku baik,
merekapun pasti akan memperlakukan kita dengan baik pula. Meski ada sebagian
dari mereka yang melakukan tindak kriminalitas, alangkah baiknya jika kita
berbuat baik kepada mereka, siapa tahu dengan tindakan baik kita kepada mereka,
hati mereka akan terbuka dan sadar bahwa apa yang mereka lakuakan (tindak
kriminalitas) selama ini adalah perbuatan yang salah besar. Siapa tahu ada
suatu keinginan terbesit di hati mereka untuk menjadi baik..
Sebagai
bagian dari Masisir, saya tidak mencari pembenaran bahwa tindak kriminalitas
yang dilakukan orang hitam harus dilupakan. Kewaspadaan tetap harus
ditingkatkan di manapun kita berada, jangan terlalu percaya pada orang asing
yang baru kita kenal. Di sini saya memaparkan sisi baik orang hitam agar
setidakya kita tak selalu mengkambing-hitamkan semua orang yang berkulit hitam,
dan bisa melihat sisi baik dari mereka walaupun sangat sedikit.